1. fijar ganez oktoberi
2. septiana putri indah
3. bellani octa rolla
4. gori prastio
5. richad perdinand
6. intan afriliayani
7. riska listia berti
8. deni budianto
9. deni sugara
10. novita indah yanti
11. risky aulidina larasati
12. panji setiawan
13. feby triatmaja
14. sarah agustin
15. lisa peramita
16. harsan
17. randi oktura
18.okta rini
19. charissa monica
20. muhammad al khafi
21. sepri rahman
22. alda nadila
23. ayu kartika sari
24. dedy ronaldo
25. muhammad kurniawan
26. mario yusinta
27. rukmiwi tri winawung
28. danu adi prayoga
29. miranti perdiana putri
30. anggi rahma yani
31. anjas mara nugraha
32. drajat nanjak angkoso
33. meffida anisa
34. dessy zulya hidayat
35. didi saputra
36. agung mubarok
37. andrean dwi islami
38. eko adiguna
39. ibuk endang
Selasa, 13 Maret 2012
sejarah nabi muhammad saw atau nabi terakhir kita
Lagi-lagi sebuah sejarah
dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu,
ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal
penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota
kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan
terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan juga
disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh “berhala-berhalaâ€
yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki wujud “berhala†yang sama.
Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah
yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan,
pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan
moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan
yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini
muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin
terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa,
tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu
menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang
terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama
Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal
(12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya.
Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui
anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api “abadi†di kerajaan Persia,
hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk
menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan
ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh
burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya
tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar
biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya,
ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya
Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan
keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk
membawa nur Muhammad dan “meletakkannya†ke dalam rahim Aminah, Sang isteri
saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang
isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim
surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya
ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat
terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan
tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk
mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang
ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak
sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan
beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang
dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik – baik.
Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah
Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata
: “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu
akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik
hingga kelahirannya.
Saat
ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat
lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya,
beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan
di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh
kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus
kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun.
Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya,
Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya
kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan
oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi
ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembalaâ€
domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah
jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang
hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi
menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali
keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “
Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.†Orang
bertanya kepada Nabi,†Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?†Beliau
menjawab,†Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di
daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan dari
kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang
yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu
di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak
kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih
membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk
ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan
Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya,
keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai
“orang jujur†(al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah
yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang
diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan
Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya
mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain.
Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad
dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang
perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah,
berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah
mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan
besar yang kita dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di
kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan.
Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan
perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon
untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan
melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia
berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa
yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari
Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi
berbangsa Arab.
II.
Pernikahan
Kebanyakan sejarawan
percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah
binti ‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad!
Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk
memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!†Apakah
anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada
kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?†Nabi menjawab,â€Apa maksud
Anda?†Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,†Apakah Khodijah siap untuk
itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?†Nafsiah berujar “Saya
mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu
menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar bin Asad) dapat mendampingi
Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat
diselenggarakan".
Kemudian Muhammad
membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung
pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato,
mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia
berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama daripada
siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan adalah
bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman
Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang
membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan
Anda.†Upacara pun dilaksanakan. Mahar
ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang
sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap
kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua
putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga
orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang
bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke
Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan.
Dinding ka’bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun
Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang
mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa
takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata
Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa
tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut
bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali ka’bah,
diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali
Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang
yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak
boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.â€
Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui
tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak
halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun
terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui
tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah
dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu
adalah salah.
Mari kita kembali
lagi menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam batas
ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada
tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku.
Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas
melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini,
maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis,
akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin
Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya
berkata,â€Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu
Shafa.†(buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini.
Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad,
al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!â€
Untuk menyelesaikan
pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau
meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian
meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada
tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil
mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha
Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang
telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai
pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab
suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna,
dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela
apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah
mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat
Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak.
Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda
kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama mengamati
keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu
melakukan telaah mendalam terhadap
langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang
rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk
pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia
mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan
manusia.
Gunung Hira,
puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas
peristiwa menyangkut “sahabat karibâ€-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi
bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,†disinilah dulu anak
Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat
menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia,
bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau
menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan
menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku sebagai
museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat
Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk
menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang.
Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat
tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya,
akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas
kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia,
dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus)
diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan
kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung
Hira’. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya
selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini,
Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah
kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia]
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinyaâ€.
Ayat
ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam
istilah-istilah jelas bahwa fondasi
agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan
penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia,
ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah
manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia
memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang
dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran,
manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah
menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan
tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju
rumah “Khodijahâ€. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di
hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini,
Jibril menyapanya,â€Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibrilâ€.
Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur,
fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang
pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan
makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh
keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,†Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak
pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu
bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda
sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda
sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga
Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang
berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah
membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda.
Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya
memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara
Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi
saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?â€.
Ketika pidato Nabi mencapai poin
ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia lima belas
tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap,â€
Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung
Anda.†Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak
ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama.
Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,†Pemuda ini adalah
saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya
dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di
hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini
berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat,
khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan
sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak
terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme
spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua
dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan
dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan
permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang
mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang
hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk
menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk
menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi
berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran,
keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak
menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak
yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat
Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang
mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,†Wahai Abu
Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan
diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika
ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan
harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap
menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila
ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk
merawatnya…â€.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi
seraya berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti
mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.†Nabi menjawab,â€
Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat
tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu
mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai
pengikut mereka.†Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali
untuk mendengarnya.†Nabi menjawab,†Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.â€
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret
panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka
berkata,†Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah
saja?â€
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu
Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara
untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka
kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang
kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia
menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah
pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah
[menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir
ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.â€
Banyak sekali contoh penganiayaan dan
penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru.
Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu
menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke
luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani
Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi
menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat
dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan –
pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya
orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku
menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para
sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia
akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas
di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana
sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal
untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad,
diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan
mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya
perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun
yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia
adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan
tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui
batas.â€
Kaum
Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha
Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa.
Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim,
terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk
ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan
membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu
selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan
keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan.
Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula
keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah
hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum
wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi
Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik.
Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim
keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian.
Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang
sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan
yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi
pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn
(Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang
belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya,
ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh
kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi
sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada
ayahandanya,†Ayah, kemana Ibu?†Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air
matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat
kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir
Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke
Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari
lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi
keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi
terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi,
‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena
sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah
akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan
masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut
balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril
datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an
merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan
daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang
mengerikan demi keselamatan Islam
menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia,
tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang
Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada
Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi ‘Ali.
Kepadanya Nabi berkata,â€Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh
Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah
bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati
ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang
mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan
rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar
itu adalah Nabi.
IV.
Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah
besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera
berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan
suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan
selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,â€Apa yang terjadi ?†Mereka
menjawab,â€Kami mencari Muhammad. Di mana dia?†’Ali berkata,†Apakah anda
menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada
Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.†Muhammad telah pergi jauh
di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul
Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan
Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir
pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah,
tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya
‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti
‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka
memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun
terjadi dan ‘Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah
nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah
menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.†Ketika ‘Ali tiba
di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah
dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu
menghadap beliau. Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian
berganti menjadi nama Madinah -
menyambut kedatangan Nabi.
Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini.
Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad
menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela
meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini
menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat
siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai
dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad
yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir
Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali) dan
Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah,
‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk
membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah),
paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih
ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak
pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi
mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) – disebut juga
dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,†Nilai pengorbanan itu melebihi
segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan
kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib
dan terhina".
V. Benteng
Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat
kaum muslim mengendur dan merasa tidak
mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan
gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang
mampu menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng,
Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas
pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu
dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi,†Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan
kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di
suatu pojok. Nabi bersabda,†Panggil dia.†‘Ali diangkut dengan unta dan
diturunkan di depan kemah Nabi.†Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya
demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke
mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit
lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu
benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30
inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui
jalur khusus,†Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai perisai.
Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit yang
digali kaum Yahudi.†Seseorang bertanya kepadanya,†Apakah Anda merasakan
beratnya?†‘Ali menjawab,†Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya.â€
Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan
kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan,
misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan
kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain serangan dari luar Kota
Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melakukan
rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha
Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba
memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia
terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian
Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera
mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum
pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan
siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan
bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi
memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi
diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat
betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan
Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk
Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang
masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan
pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan
Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang
menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu
berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap
dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf,
menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang
tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad
berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu
begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang
telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda
semua adalah orang-orang yang
dibebaskan!â€
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah
membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat
dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang
gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak
pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah.
Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan
Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada
beberapa peperangan besar berlanjut – semasa hidup Nabi - yaitu Hunain,
Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah
membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan
Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi,
dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang
kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil
sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?â€
Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang
kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di
bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri
mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi.
Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu
diantaranya adalah kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi
menyambut panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami
datang...!â€
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya
telah selesai, dan kini – tidak bisa – tidak di harus melihat pasukannya,
untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah
diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan
menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama
Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya,
untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus
inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan
Madinah tanggal 25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu
malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai
bergerak... seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,â€Labbaik, Allahumma
labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma,
ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik,
aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan
kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku
datang memenuhi panggilan-Mu...†Langit, hingga hari itu, belum pernah
menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih
dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan – dibawah sengatan Matahari yang
amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang –
bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi
kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam
pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang
membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan
orang-orang yang bergerak bersamanya
dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki
kelelahan, dan pengikut-pengikutnya
pun demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah
memang mendengar bahwa “penguasa†itu berada di tengah-tengah pasukan itu,
tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk
Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah dan
Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya,
kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari
itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas
kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki
dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah
berkata,â€Tahukah kalian, bulan apa ini ?â€
Mereka serentak menjawab,â€Bulan
Haram!†.....
...â€Ayyuhan Nas, camkan
baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan
bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk
selama-lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah
haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan
bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya
tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa
yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang
berhak menerimanya.....â€
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari
Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat
berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian
yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja,
rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya,
dan sekarang beliau berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata
kepada putrinya dengan suara pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang
Rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia
wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke
belakang, maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukurâ€.
kisah nabi yahya A.S.
Allah SWT berfirman:
"Di
sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku,
berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau
Maha Pendengar doa. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria,
sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya):
'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang
putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk
keturunan orang-orang saleh." (QS. Ali 'Imran: 38-39)
"Hai
Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami
berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak, dan rasa belas
kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia
adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang
tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong dan durhaka. Kesejahteraan
atas dirinya pada hari ia diiahirkan, dan pada hari itu ia meninggal dan
pada hari ia dibangkitkan kembali." (QS. Maryam: 12-15)
"Hai
Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)
Inilah
Yahya seorang Nabi yang Allah SWT bersaksi bahwa sebelumnya tak seorang
pun yang serupa dengannya. Yaitu seorang Nabi yang Allah SWT berkata
tentangnya:
"Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami." (QS. Maryam: 13)
Sebagaimana
Khidir diberi ilmu dari sisi Allah SWT, maka Yahya diberi rasa cinta
dari sisi Allah SWT. Al-Hanan ialah ilmu yang luas yang terkandung di
dalamnya sesuatu kecintaan yang dalam terhadap makhluk dan alam. Hanan
ialah salah satu dari tingat cinta vang bersumber dari ilmu. Yahya
adalah seorang Nabi yang menjadi cermin dari ibadah, zuhud, dan cinta.
Nabi Yahya mengungkapkan cinta kepada semua makhluk. Ia dicintai oleh
manusia, burung-burung, binatang buas, bahkan gurun dan gunung. Darah
Nabi Yahya tertumpah ketika beliau berusaha mempertahankan kebenaran
yang disampaikannya di istana raja yang lalim. Peristiwa tragis itu
berkaitan dengan seorang penari pelacur. Para ulama banyak menyebutkan
keutamaan Yahya. Yahya hidup sezaman dengan Nabi Isa dan termasuk
kerabat dekatnya dari sisi ibu (anak bibinya).
Ada
hadis yang meriwayatkan bahwa Yahya dan Isa pernah bertemu pada suatu
hari. Lalu Isa berkata kepada Yahya, mintakanlah ampun bagiku wahai
Yahya. Sesungguhnya engkau lebih baik daripada aku. Yahya berkata:
"Mintakanlah ampun bagiku wahai Isa karena engkau lebih baik daripada
aku." Isa berkata: "Tidak, engkaulah yang lebih baik daripada aku.
Engkau mengucapkan salam kepadaku sedangkan Allah SWT mengucapkan salam
kepadamu." Kisah tersebut menunjukkan keutamaan Yahya ketika Allah S"WT
menyampaikan salam kepadanya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia mati,
dan pada hari ia dibangkitkan kembali dalam keadaan hidup. Diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw pernah pergi dan menemui para sahabatnya. Pada
suatu hari, beliau mendapau mereka sedang menyebut-nyebut keutamaan para
nabi. Ada yang mengatakan, Musa kalimullah (seorang nabi yang diajak
bicara oleh Allah SWT). Ada yang mengatakan, Isa ruhullah (tiupan ruh
Allah SWT). Dan ada juga yang mengatakan, Ibrahim khalilullah (seorang
kekasih Allah SWT).
Demikianlah
para sahabat berbicara tentang para nabi lalu Rasulullah saw menemui
mereka. Ketika Rasul saw mendapati mereka tidak menyebut nama Yahya,
beliau berkata: "Di manakah putra seorang syahid yang mendapatkan banyak
penderitaan, yang memakan pohon karena takut dosa, di manakah Yahya bin
Zakaria."
Sementara
itu, datanglah musim semi di Palestina dan bumi tampak semakin menghijau
dan langit semakin terang. Bulan dengan cahayanya menembus
puncak-puncak pohon dan kebun. Bunga-bunga mawar dan jeruk semakin
berkembang dan baunya tersebar ke udara. Dan burung-burung yang sedang
berterbangan tampak bernyanyi dan melantunkan lagu-lagu kegembiraan di
tengah-tengah suasana yang ceria dan penuh keindahan.
Kemudian
lahirlah Yahya. Kelahiran Yahya dipenuhi banyak mukjizat. Beliau lahir
pada saat ayahnya Zakaria berusia lanjut sehingga tampak seakan-akan ia
putus asa karena tidak akan mempunyai keturunan. Beliau lahir melalui
doa yang suci yang bersumber dari hati Nabi Zakaria yang suci dan tulus.
Nabi Yahya lahir di tengah-tengah masa yang dipenuhi dengan puncak
kesucian sebagaimana juga dihiasi dengan puncak kelaliman. Maryam adalah
simbol puncak kesucian di zamannya. Mihrabnya penuh dengan bau yang
harum yang memancarkan kalimat-kalimat salat yang terus menerus dan
zikir yang bersumber dari hati yang suci. Mesjid tampak dipenuhi dengan
gelombang orang-orang yang salat dan orang-orang mukmin yang berzikir.
Namun nun jauh di sana kelaliman tetap membunyikan genderangnya.
Yahya
dilahirkan dan masa kecilnya tidak seperti lazimnya masa yang dilalui
oleh anak-anak. Umumnya anak-anak saat itu bermain hal-hal yang tidak
berguna, sedangkan Yahya tampak serius sejak beliau kecil. Anak-anak
kecil saat itu merasa senang dan terhibur ketika mereka menyiksa
binatang, sementara Yahya justru memberi makan bintang-binatang dan
burung dari makanannya sebagai bentuk belas kasihan darinya, bahkan
terkadang Yahya sendiri makan dari daun-daun pohon atau buahnya. Ketika
beliau menginjak usia dewasa, maka cahaya wajahnya semakin bersinar dan
hatinya penuh dengan hikmah dan cinta kepada Allah SWT serta kedamaian.
Yahya adalah seseorang yang menyukai membaca sejak usia dini. Beliau
rajin membaca dan menggali ilmu. Ketika beliau masih kecil, Allah SWT
memanggilnya: "Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih
anak-anak."
Yahya
mendapatkan perintah—saat beliau masih kecil—untuk mengambil Kitab
dengan kekuatan. Yakni, hendaklah ia belajar kitab dengan penuh
ketelitian, Yaitu kitab syariat. Allah SWT memberinya kemampuan untuk
mengetahui syariat dan memutuskan perkara manusia saat beliau masih
kecil. Yahya adalah orang yang paling alim di zamannya dan paling banyak
menerima hikmah. Beliau mempelajari syariat secara sempurna. Oleh
karena itu, Allah SWT memberinya kekuasaan saat beliau masih kecil.
Beliau mampu menyelesaikan persoalan di antara manusia dan menjelaskan
mereka rahasia-rahasia agama, bahkan beliau mengenalkan merekajalan
kebenaran dan mengingatkan mereka dari jalan kesalahan atau kebatilan.
Kemudian Yahya semakin dewasa dan ilmunya makin bertambah serta kasih
sayangnya pun makin meningkat, baik kepada kedua orang tuanya maupun
kepada binatang. Kasih sayang Nabi Yahya meliputi segala sesuatu.
Beliau
mengajak manusia untuk bertaubat dari dosa mereka; beliau memandikan
mereka di sungai Jordania agar mereka menyucikan diri mereka dengan
taubat; beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Di sana tidak
terdapat seseorang yang ridak. suka kepada Yahya atau menginginkan
keburukan baginya. Yahya adalah seseorang yang sangat dicintai oleh
masyarakatnya karena ia memang seorang yang penyayang, seorang yang
bertakwa, seorang yang alim, dan seorang yang berbudi mulia. Beliau
keluar dan pergi ke gunung dan kebun bahkan gurun dan tinggal di
dalamnya selama berbulan-bulan untuk menyembah Allah SWT dan menangis di
hadapan-Nya serta salat. Beliau merasakan kedamaian di daratan, bahkan
beliau tidak memperhatikan makanannya. Beliau makan dari daun-daun pohon
dan minum dari air sungai. Bahkan beliau makan belalang dan juga
rumput. Beliau tidur di gua mana pun yang ditemuinya di gunung dan
lubang mana pun yang didapatinya di bumi.
Terkadang
beliau masuk di suatu gua gunung lalu beliau menemukan binatang buas di
dalamnya seperti serigala atau singa namun karena kesibukannya dan
konsentrasinya saat berzikir kepada Allah SWT dan salat sehingga beliau
tidak lagi memperhatikan serigala atau singa. Serigala dan singa itu
melihat Nabi Yahya lalu mereka mengetahui bahwa ini adalah seorang Nabi
Allah SWT yang sangat berbelas kasih kepada binatang, maka
binatang-binatang buas itu menundukkan kepalanya dan meninggalkan tempat
itu dengan tenang sehingga Nabi Yahya tidak mendengar suara mereka.
Pada
kesempatan yang lain, Nabi Yahya memberi makan binatang-binatang buas
dengan penuh kasih sayang. Bahkan beliau tidak makan di malam harinya
karena makanannya diberikan kepada binatang-binatang itu. Beliau merasa
puas saat menjadikan salat dan zikir sebagai makanan dari hatinya
sebelum beliau memberi makanan pada tubuhnya. Beliau makan dari
daun-daun pohon. Beliau bermalam atau bergadang dalam keadaan air
matanya berlinangan saat berzikir kepada Allah SWT dan tenggelam dalam
lautan cinta dan bersyukur kepada-Nya. Ketika Nabi Yahya berdiri di
depan manusia untuk mengajak mereka menyembah Allah SWT, maka beliau
mampu membuat mereka menangis karena cinta dan khusuk. Beliau mampu
mempengaruhi hati mereka dengan kebenaran yang dibawanya dan beliau
menampakkan bahwa beliau memang dekat dengan Allah SWT.
Pada
suatu hari, Nabi Yahya keluar menemui manusia. Mesjid tampak ramai
dipenuhi orang-orang. Nabi Yahya berdiri dan beliau mulai berbicara:
"Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk menyampaikan
kalimat-kalimat yang telah aku kerjakan dan aku telah memerintahkan
kalian untuk juga mengerjakannya. Hendaklah kalian menyembah Allah SWT
dan tidak menyekutukan-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah SWT dan
menyembah selain-Nya, maka ia seperti seorang budak yang dibeli oleh
majikannya lalu ia bekerja dan memberikan tenaganya kepada tuan selain
tuannya. Siapakah di antara kalian yang ingin memiliki budak seperti
itu. Dan aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan salat. Sesungguhnya
Allah SWT melihat hamba-Nya saat ia salat. Oleh karena itu, jika kalian
salat, maka hendaklah kalian berusaha untuk khusuk. Aku pun
memerintahkan kalian untuk berpuasa, maka siapa yang melakukan demikian,
maka ia seperti seseorang lelaki yang mempunyai bingkisan dari misik
yang baunya harum. Setiap lelaki ini berjalan, maka akan terpancarlah
bau harum misik darinya. Aku pun memerintahkan kalian agar banyak
melakukan zikir kepada Allah SWT, maka orang seperti itu seperti seorang
lelaki yang dicari-cari oleh musuhnya lalu ia segera berlindung dalam
benteng yang kuat. Dan benteng yang paling kuat adalah zikrullah dan
tiada keselamatan tanpa benteng itu."
Nabi
Yahya mengakhiri nasihatnya lalu ia turun dari mimbar dan kembali ke
gurun. Di gurun itu hanya terdapat pasir yang berterbangan dan tiada
suara lain selain suara angin dan napas pohon serta suara kaki-kaki
binatang buas dan gerakan batu-batu gunung. Di sanalah Yahya berdiri di
tengah-tengah kesunyian ini. Beliau melaksanakan salat dan menangis.
Kemudian
terjadilah pergulatan hebat antara Nabi Yahya dan pemerintah yang
berkuasa. Salah seorang penguasa di zaman itu adalah seorang yang lalim
dan sempit akalnya. Kerusakan tersebar di istananya. Ia mendengar berita
tentang Yahya. Ia heran karena banyaknya manusia yang memberikan
penghargaan dan penghormatan yang luar biasa kepada Yahya sedangkan ia
sebagai seorang raja tidak mendapatkan penghormatan yang demikian besar.
Raja
tersebut ingin memperkosa istri saudaranya di mana ia mempunyai anak
perempuan yang memiliki kecantikan yang terkenal. Dalam cerita
disebutkan bahwa anak perempuan itu mampu melakukan tarian yang
mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap ia menari, maka
terlepaslah setiap baju yang dipakainya dan pada tarian yang terakhir,
ia tampak dalam keadaan telanjang.
Raja
bertanya kepada Yahya, apakah ia boleh menikahi istri saudaranya. Yahya
menjawab, itu tidak diperbolehkan. Raja tetap berbicara kepada Yahya
dan mendesak kepadanya agar membolehkannya menikah dengan wanita yang
disukainya itu, dan hendaklah Yahya mencari solusi atau fatwa yang
sangat memuaskannya. Namun Yahya menolak keras untuk memenuhi permintaan
raja itu. Kemudian Yahya pun meninggalkannya. Akhirnya, raja tampak
marah kepada Yahya dan memerintahkan agar Yahya dipenjara. Kemudian raja
itu pun memperkosa istri saudaranya. Anak perempuan wanita itu yang
suka menari telah melihat Yahya saat ia berbicara dengan raja. Anak
perempuan itu sangat tertarik akan ketampanan Yahya dan keagungan
kepribadiannya.
Ringkasnya,
wanita yang ahli menari itu pun merasa jatuh cinta kepada Yahya. Ia
pergi menemui Yahya di penjaranya dan ia melihat Yahya dalam keadaan
duduk salat dan menangis. Wanita itu terus mengawasi Yahya saat beliau
salat sampai selesai. Lalu ia meletakkan dirinya di bawah kaki Yahya dan
memintanya agar mencintainya sebagaimana ia mencintai Yahya. Yahya
menjawab bahwa di dalam hatinya tidak ada cinta lain selain cinta kepada
Allah SWT. Wanita itu pun bangkit dari tempatnya dalam keadaan putus
asa. Ia meninggalkan Yahya dalam keadaan hatinya dipenuhi kebencian
padanya. Ia kembali ke istana raja.
Waktu
Isya telah berakhir. Raja mulai meminum minuman kesukaannya, yaitu
khamr. Wanita itu memberikan minum kepada raja. Saking banyaknya raja
minum, sampai-sampai raja merasa bahwa kepalanya seperti balon besar dan
ia sebentar lagi akan terbang. Di sanalah wanita penari itu segera
memakai pakaian tarian dan kembali kepada raja. Raja melihatnya dan ia
merasa kepalanya bertambah besar dan wanita itu mulai menari. Lalu
dipukullah rebana dan berbagai alat musik sehingga wanita itu tampak
menari dan menikmati tariannya. Pada tarian ketujuh ia berhenti lalu
membuka wajahnya sambil berkata kepada raja: "Wahai tuanku, aku ingin
bertanya sedikit kepadamu." Raja yang sedang mabuk itu berkata: "Segala
sesuatu yang engkau inginkan akan kuberikan kepadamu sekarang juga."
Wanita itu berkata: "Aku menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Mendengar
perkataan itu, raja segera sadar dari mabuknya lalu ia merasakan
ketakutan. Ia berkata kepadanya: "Mintalah kepadaku yang lain saja."
Wanita itu berkata: "Aku menginginkan darah Yahya bin Zakaria." Wanita
ini adalah simbol keburukan. Raja berkata sambil minum minuman keras
yang keempat kalinya setelah empat puluh kali: "Bunuhlah Yahya!"
Akhirnya, pemimpin pasukan raja mengeluarkan perintah kepada anak
buahnya untuk menghabisi Yahya. Kemudian Yahya menemui ajalnya secara
tragis dan meneguk madu syahadah.
Injil Mata pada pasal yang keempat belas menyebutkan suatu riwayat sebagai berikut:
"Hirdus telah menangkap Yuhana lalu ia menjebloskan ke dalam penjara
karena Hirduya istri dari saudaranya. Sebab Yuhana berkata kepadanya,
engkau tidak boleh mengambilnya sebagai istrimu. Ia ingin membunuh
Yuhana tetapi ia khawatir terhadap reaksi masyarakat karena mereka
menganggapnya sebagai seorang Nabi. Ketika diadakan acara kelahiran
Hirdus salah seorang perempuan anak dari Hirduya menari di tengah-tengah
para hadirin sehingga Hirdus merasa kagum, karenanya kemudian ia
bersumpah bahwa apa pun yang diminta penari itu akan diturutinya. Wanita
itu berkata: "Berikanlah kepadaku kepala Yuhana." Sebetulnya raja itu
keberatan tetapi ia sudah terlanjur bersumpah dan disaksikan orang-orang
di sekitarnya, maka ia pun memerintahkan agar perrnintaan wanita itu
dituruti. Kemudian kepala Yuhana dikirim dari penjara, dan diberikan
kepada gadis itu, lalu gadis itu membawanya kepada ibunya."
kisah nabi ilyasa A.S.
Nabi Yasa' termasuk salah satu nabi yang diutus oleh
Allah SWT. Allah SWT menyebut namanya dan memujinya tetapi Dia tidak
menceritakan kisahnya. Allah SWT berfirman dalam surah Shad:
"Dan
inilah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami
telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orag-orang
pilihan yang baik. Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkilfi.
Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik." (QS. Shad: 45-48)
Pendapat yang utama menyatakan bahwa Nabi Yasa' adalah Yasa' yang
disebutkan dalam Taurat, sementara Injil Bamabas menceritakan bahwa
beliau mampu menghidupkan orang yang mati. Ini adalah mukzijat beliau.
kisah nabi ilyas A.S.
Beliau adalah seorang utusan Allah SWT. Telah terjadi pertentangan
antara beliau dan kaumnya tentang berhala yang bemama Ba'l. Nabi Ilyas
menyeru di jalan Allah SWT dan mengajak kaumnya tetapi kaumnya
mengabaikannya. Mereka cenderung kepada Ba'l.
Selesailah
halaman kehidupan dunia dan mereka dihadirkan di hadapan Allah SWT pada
hari kiamat. Allah SWT menceritakan hal tersebut dalam firman-Nya:
"Dan
sesungguhnya Ilyas termasuk salah seorang dari rasul-rasul. (Ingatlah)
ketika ia berkata kepada kaumnya: 'Mengapa kamu tidak bertakwa?
Pantaskah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta,
yaitu Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?' Maka mereka
mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka), kecuali
hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Dan Kami abadikan untuk
Ilyas (pujian yang baik) di halangan orang-orang yang datang kemudian.
(Yaitu) kesejahteran dilimpahkan atas Ilyas? Sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan hepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman." (QS. ash-Shaffat: 123-132)
Hanya
ayat-ayat yang pendek ini yang Allah SWT sebutkan berkaitan dengan
kisah Nabi Ilyas. Dan pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang
menyatakan bahwa Ilyas adalah seorang Nabi yang bernama Ilya dalam
Taurat. Injil Barnabas mengemukakan nasihat-nasihat Ilya. Tentu
nasihat-nasihat tersebut tidak begitu terkenal dalam Taurat. Kami akan
menyebutkan nasihat-nasihat tersebut karena di dalamnya terdapat hikmah
yang dalam dan ketulusan hati. Pesan tersebut terdapat dalam injil
Barnabas dari ayat 23 sampai ayat 49. Disebutkan di dalamnya bahwa
"Ilya
adalah hamba Allah. Hal ini ditulis bagi semua orang yang menginginkan
untuk berjalan bersama Allah Pencipta mereka. Sesungguhnya orang yang
suka untuk banyak belajar maka ia akan sedikit takut kepada Allah.
Karena orang yang takut kepada Allah maka ia akan merasa puas untuk
mengetahui apa-apa yang diinginkan Allah saja. Hendaklah orang-orang
yang menginginkan untuk mengerjakan amal-amal yang saleh memperhatikan
diri mereka karena seseorang tidak akan memperoleh manfaat ketika
mendapati dunia mendapatkan keuntungan sementara ia mendapati kerugian.
Selanjutnya, hendaklah orang yang mengajari orang lain berusaha untuk
lebih baik daripada orang lain karena tidak akan bermanfaat suatu
nasihat yang diberikan oleh orang yang tidak mengamalkan apa yang
dikatakannya. Sebab, bagaimana seorang yang salah dapat memperbaiki
kehidupannya sementara ia mendengar seorang yang lebih buruk darinya
berusaha untuk mengajarinya. Kemudian hendaklah orang yang mencari Allah
berusaha lari dari percakapan dengan manusia karena Musa ketika berada
sendirian di atas gunung Saina' maka beliau menemukan Allah dan
berdialog dengan-Nya sebagaimana seorang pecinta berdialog dengan
kekasihnya. Dan hendaklah orang-orang yang mencari Allah berusaha keluar
sekali setiap tiga puluh kali ke tempat yang biasa di jadikan
perkumpulan oleh masyarakat dunia. Karena boleh jadi ia dapat melakukan
suatu amal pada satu hari saja namun dihitung amalnya itu selama dua
tahun, khususnya berkaitan dengan pekerjaan yang di situ ia mencari
ridha Allah. Hendaklah ketika ia berbicara tidak melihat ke arah mana
pun kecuali ke arah dua kakinya, dan ketika ia berbicara hendaklah
mengatakan hal yang penting saja. Hendaklah ketika ia makan tidak
berdiri dari meja makan dalam keadaan kekenyangan. Dan hendaklah mereka
berpikir setiap hari karena boleh jadi mereka tidak akan menemui hari
berikutnya. Dan hendaklah mereka benar-benar memanfaatkan waktu mereka
sebagaimana mereka selalu bernafas. Hendaklah satu baju dari kulit
binatang cukup untuk mereka. Hendaklah mereka setiap malam berusaha
untuk tidur tidak lebih dari dua jam. Hendaklah mereka berusaha berdiri
di tengah-tengah salat dengan rasa takut.
Kerjakanlah semua ini dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT dengan
menjunjung tinggi syariat-Nya yang Allah SWT karuniakan kepada kalian
melalui Nabi Musa. Karena dengan cara seperti ini, kalian akan menemukan
Allah SWT dan kalian akan merasakan pada setiap zaman dan tempat bahwa
kalian berada di bawah naungan Allah SWT dan Dia akan selalu bersama
kalian." Demikianlah apa-apa yang disebutkan dalam injil Barnabas
melalui tulisan Ilya.
kisah nabi sulaiman A.S.
Allah SWT berflrman:
"Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan hami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi
Daud dan dia berkata: 'Hai munusia, kami telah diberi pengertian tentang
suara burung dan knmi diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini
benar-benar suatu karunia yangnyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
"Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud. " Beliau mewarisi Daud dalam sisi
kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta karena para nabi tidak
mewariskan. Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi sedekah bagi
orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan
orang yang membutuhkan. Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi
kalangan keluarganya. Rasulullah saw bersabda: "Kami para nabi tidak
mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud. Ini adalah hal yang
jelas. Allah SWT telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu
juga, Allah SWT telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia
menjadi pimpinan Bani Israil. Barangkali sesuatu yang paling penting
yang diwarisi oleh Sulaiman dari Daud adalah tradisi militer. Kemajuan
militer yarig dahsyat ini telah berpindah kepada Sulaiman. Daud
sebenarnya adalah seorang pengembala kambing yang miskin, tetapi seiring
dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan pasukan yang tiada
tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari
Allah SWT dan sebagai dukungan dari-Nya.
Daud
mengetahui bahwa kekuatan yang hakiki yang mengatur alam wujud adalah
kekuatan Allah SWT. Ketika ia mengulurkan tangannya dan memegang
potongan batu lalu beliau melemparkannya melalui katapelnya ke arah
Jalut, maka ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan darinya. Kehadiran
Nabi Daud mengubah keadaan pasukan Bani Israil di mana mereka sebelumnya
lari jika berhadapan dengan musuh, maka kini keberadaan mereka mulai
diperhitungkan. Di masa hidupnya, Daud mengalami peperangan yang cukup
banyak namun Al-Qur'an tidak menceritakan secara terperinci hal itu.
Al-Qur'an adalah kitab dakwah di jalan Allah SWT, dan bukan kitab
sejarah. Al-Qur'an hanya mengatakan:
"Dan Kami kuatkan kerajaannya." (QS. Shad: 20)
Ayat
tersebut berarti bahwa Daud belum pernah terkalahkan dalam peperangan
yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah SWT berikan kepada Daud,
juga pasukannya dan rakyatnya di mana mereka adalah orang-orang yang
bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah SWT, Allah SWT mengungkapkan
kepada Daud hal-hal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan
yang dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain yang
ada di bumi saat itu.
Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)
Masalah
baju besi yang dibuat untuk orang-orang yang hendak berperang cukup
mengganggu gerakan mereka. Anda bisa bayangkan ketika ada dua orang yang
berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara
yang lain tidak leluasa bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah SWT, Nabi
Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan.
Ini adalah kemajuan penting yang Allah SWT berikan kepada Daud dan
tentaranya. Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman. Demikianlah
Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di
bumi saat itu. Bahkan Allah SWT menambah karunia-Nya kepada Sulaiman:
"Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah
diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu.
Sesungguhnya (setnua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.'" (QS.
an-Naml: 16)
Ketika
kita membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang
diungkap oleh Al-Qur'an, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di
masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka
Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya
dari Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih
besar.
Pada suatu hari
ia menengadahkan tangannya dan berdoa kepada Allah SWT. Antara hati
Nabi dan Allah SWT tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang
pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah SWT kecuali doanya pasti
terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan
menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah SWT. Dalam doanya,
Nabi Sulaiman berkata:
"Ia
berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan
yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad: 35)
Sulaiman
menginginkan dari Allah SWT suatu kerajaan yang belum pernah diperoleh
oleh siapa pun setelahnya. Allah SWT mengabulkan doa hamb-Nya Sulaiman
dan memberinya kerajaan tersebut. Barangkali orang-orang yang hidup di
saat ini bertanya-tanya mengapa Sulaiman meminta kerajaan ini yang belum
pemah dicicipi oleh seorang pun setelahnya? Apakah Sulaiman—sesuai
dengan bahasa kita saat ini—seorang lelaki yang gila kekuasaan. Tentu
kita tidak menemukan sedikit pun masalah yang demikian dalam hati
Sulaiman. Ambisi Sulaiman untuk mendapatkan kekuasaan atau kerajaan
adalah ambisi yang ada di dalam seorang nabi, dan tentu ambisi para nabi
tidak berkaitan kecuali dengan kebenaran. Ambisi tersebut adalah
bertujuan untuk memudahkan penyebaran dakwah di muka bumi. Sulaiman sama
sekali tidak cinta kepada kekuasaan dan ingin menunjukkan sikap
kesombongan namun beliau ingin mendapatkan kekuasaan untuk memerangi
kelaliman yang menyebar di muka bumi. Perhatikanlah kata-kata Sulaiman
kepada Balqis ketika beliau berdialog dengannya tentang singgasananya
dalam surah an-Naml:
"Dan
ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah
singgasanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orangyang
berserah diri." (QS. an-Naml: 42)
Demikianlah
kata-kata Sulaiman yang bijaksana. Menurut kami, itu adalah kata-kata
yang membenarkan permintaannya untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan.
Sulaiman telah mengerahkan semua kemuliaan dan kekuasaannya dalam rangka
menegakkan agama Allah SWT dan menyebarkan Islam. Tidakkah ratu Saba'
berkata pada akhir ceritanya bersama Sulaiman:
"Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS.
an-Naml: 44)
Setelah
Mukadimah pokok ini, marilah kita membuka halaman-halaman cerita Nabi
Sulaiman. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu)
dari Daud. Orangorang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang
bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya
di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun
kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya.
Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara
dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika
Nabi Daud bertasbih, maka gunung-gunung dan burung-burung serta
binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun
berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah
SWT memberinya karunia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas
tunduk padanya, begitu juga angin dan burung.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi
Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang
suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini
benar-benar suatu karunia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
Nabi
Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama
mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu
taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang
sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang
memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari
beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga karenanya ia tidak
dapat tertandingi. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung.
Kita mengetahui bahwa jin adalah makhluk Allah SWT dan manusia tidak
mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya,
sedangkan Sulaiman telah diberi Allah SWT kemampuan untuk untuk
menundukkan jin dan mempekerjakan mereka sebagai tentara di
tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai
pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika
ada pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka
akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh
pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting.
Yaitu apa yang kita kenal saat ini dengan istilah badan intelejen. Kita
mengetahui bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang
sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui
keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia
terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk
menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di sampaing jin dan
burung, Allah SWT juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman
dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama
tentaranya.
Sekarang,
kita mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari
usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di
dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah SWT
memberikan kemampaun ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan
angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan
Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang
pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang
Allah SWT berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya
sehingga pasukannya tidak tertandingi. Allah SWT berfirman:
"Dan
dihimpunkan kepada Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung,
lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an-Naml: 17)
"Kemudian
Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut hemana
saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya)
setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain
yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah
(kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada
pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat
pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)
Kita
akan mengetahui bahwa Sulaiman akan meninggalkan ide untuk menggunakan
kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu hari dibuatnya
lupa pada salat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka mencapai
ridha Allah SWT, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup
sesuai dengan perintahnya kemana pun ia pergi dan kemana pun tempat yang
diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah SWT berikan kepada
Sulaiman, Allah SWT juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari
para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah setan. Setan
adalah salah satu bagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari
jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan
jin yang saleh pun tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah
SWT telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan setan dan
mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya
jika ia menentang perintahnya.
Setan
membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat-alat perang.
Bahkan setan-setan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan
permata dan yakut untuk Sulaiman. Jika ada di antara setan yang
menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini
semua menunjukkan keayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu
mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau
kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan
sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara
mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang
apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap
(berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)
Nabi
Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertandingi di muka
bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang
Allah SWT berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai
manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling
banyak bersyukur di zamannya.
Allah SWT berfirman tentang Sulaiman:
"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)
Al-Aubah
ialah kembali kepada Allah SWT melalui salat, puasa, tasbih, menangis,
istigfar, dan mengungkapkan rasa cinta yang dalam. Hamba yang kembali
adalah hamba yang menuju Allah SWT. Waktu salat bagi Sulaiman adalah
waktu yang sangat penting sehingga ketika datang waktu itu, maka beliau
tidak bisa disibukkan dengan hal yang lain. Pada suatu hari, beliau
nyaris kehilangan waktu salat. Tentu hal ini di luar kehendaknya. Pada
saat itu, beliau sibuk mengurusi persoalan yang penting, yaitu
menyiapkan tentara untuk perang. Saat itu bertepatan dengan waktu Ashar.
Sulaiman masih menyiapkan kuda tentara-tentaranya. Kuda pada waktu itu
menjadi senjata yang penting di tengah-tengah pasukannya. Sulaiman lewat
di depan kuda dan memeriksanya sehingga beliau nyaris kehilangan waktu
salat Ashar.
Sulaiman
sujud kepada Allah SWT kemudian ia salat. Ia meminta agar kuda itu
dikembalikan kepadanya. Ketika kuda datang, ia mengusap lehemya dan
kakinya dengan tangannya lalu ia meminta ampun kepada Allah SWT karena
ia sibuk menyiapkan pasukan untuk berjihad sehingga nyaris kehilangan
waktu salat. Sejak peristiwa itu, Sulaiman merasa tidak lagi membutuhkan
kuda di tengah-tengah pasukannya. Lalu Allah SWT menggantikannya dengan
angin yang mampu membawa tentaranya ke mana pun ia pergi. Allah SWT
berfirman:
"Dan Kami
karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika
dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan
cepat waktu berlari pada waktu sore. maka ia berkata: 'Sesungguhnya aku
menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai
mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.' Bawalah semua
kuda itu kembali kepadaku.' Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu."
(QS. Shad: 30-33)
Sulaiman
mengetahui penyakit kuda dan ia mampu berbicara dengan bahasa kuda,
bahkan kuda itu pun menaati perintah Nabi Sulaiman. Allah SWT juga
memberikan kenikmatan lain atas Sulaiman Allah SWT berfirman:
"Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya." (QS. Saba': 12)
Al-Kithir
adalah tembaga yang dicairkan. Sebagaimana Allah SWT memberikan nikmat
atas ayahnya Daud di mana ia mampu melunakkan besi dan Allah SWT
mengajarinya bagaiamana cara mencairkannya, maka Sulaiman pun
memanfaatkan tembaga yang cair itu untuk peperangan dan di saat
perdamaian. Pada saat peperangan beliau mencampur tembaga dengan besi
dan membuat darinya perunggu. Mereka mengunakan senjata-senjata perunggu
dalam peperangan, seperti pedang, baju besi dan pisau. Senjata-senjata
ini adalah senjata yang paling kuat di saat itu. Sedangkan di saat
perdamaian, tembaga digunakan untuk membuat bangunan, patung, dan
sebagainya. Meskipun Nabi Sulaiman mendapatkan nikmat yang besar ini dan
karunia yang khusus, Allah SWT telah mengujinya dengan suatu ujian.
Ujian akan selalu datang pada seorang hamba. Ketika hamba itu mendapat
kedudukan besar, maka ujiannya pun menjadi besar. Allah SWT menguji
Sulaiman dengan penyakit.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia)
tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit),
kemudian ia bertaubat. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku
anugerahkanlah kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun
sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi. Kemudian Kami
tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja
yang ia kehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan
semuanya ahli bangunan dan penyelam. " (QS. Shad: 34-37)
Para
ahli tafsir berbeda pendapat tentang fitnah atau ujian yang dialami
oleh Nabi Sulaiman. Barangkali riwayat yang paling terkenal dalam hal
ini adalah riwayat yang paling penuh dengan kebohongan. Dikatakan bahwa
Sulaiman bertekad untuk menggilir istri-istrinya yang berjumlah tujuh
ratus pada satu malam saja untuk melakukan hubungan seks dengan mereka,
sehingga para wanita itu akan melahirkan seorang anak yang dapat
berperang di jalan Allah SWT. Sulaiman tidak mengatakan insya Allah lalu
ia menggilir istri-istrinya dan tidak ada seorang pun yang melahirkan
kecuali seorang wanita yang melahirkan anak yang buruk rupa.
Kisah
tersebut berbeda atau kontradiksi dari permulaannya dan akhirannya.
Tentu kisah itu berasal dari cerita khurafat yang direkayasa oleh
orang-orang Yahudi atau termasuk dari israiliyat. Hakikat ujian yang
dialami Nabi Sulaiman adalah apa yang disebutkan oleh Fakhrur Razi:
"Sulaiman diuji dengan suatu penyakit yang keras di mana kedokteran saat
itu tidak mampu mengatasinya. Sakitnya Sulaiman sangat keras sehingga
para dokter dari kalangan manusia dan jin pun tidak mampu menghilangkan
penyakitnya. Lalu burung-burung menghadirkan rumput-rumput yang dianggap
sebagai obat tetapi Sulaiman pun belum juga sembuh. Semakin hari
penyakit Sulaiman semakin menjadi-jadi sehingga ketika Sulaiman duduk di
atas kursi ia duduk bagaikan tubuh tanpa roh, seakan-akan ia mati
karena saking kerasnya penyakit yang dideritanya. Sakit yang diderita
oleh Sulaiman terus berlanjut untuk beberapa saat namun Sulaiman tidak
henti-hentinya berzikir kepada Allah SWT dan meminta kesembuhan
kepada-Nya serta beristigfar kepada-Nya dan mengungkapkan rasa cintanya
kepada-Nya."
Selesailah
ujian Allah SWT terhadap hamba-Nya, Sulaiman. Beliau pun sembuh. Kini
Sulaiman merasakan kembali kesehatannya setelah ia mengetahui segala
kejayaannya dan segala kekuasaannya serta segala kebesarannya tidak lagi
mampu menghilangkan penyakit yang dideritanya kecuali jika Allah SWT
menghendakinya. Inilah pendapat yang lebih menenangkan hati kami.
Pendapat tersebut sesuai dengan kemaksuman Sulaiman sebagai Nabi yang
bijaksana dan Nabi yang mulia:
"Dan
sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia)
tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit)"
(QS. Shad: 34)
Sakit
yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa.
Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan
kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad karena saking
kerasnya penyakit yang dideritanya.
"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)
Lalu
Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta pertolongan dengan rahmat Allah
SWT lalu Allah SWT menyembuhkannya dan merahmatinya. Nabi Sulaiman
telah membangun mesjid atau tempat beribadah sehingga manusia menyembah
Allah SWT di dalamnya. Rumah ini menunjukkan keunggulan seni arsitektur
dan seni pahat. Orang-orang yang membangun rumah ini berjumlah puluhan
ribu orang. Tentu setiap kelompok dari mereka memiliki pekerjaan
masing-masing. Di antara mereka ada yang mencairkan tambang; di antara
mereka ada tukang pahat; ada yang membelah batu; ada yang
memotong-motong kayu; ada yang mendatangkan rumput-rumput dari Lebanon;
ada yang melelehkan emas dan menjadikannya lempengan-lempengan yang
mengkilat untuk menutupi kayu dan menutupi dinding.
Bahkan
golongan jin juga membantu pembangunan rumah tersebut, tentu dengan
perintah dan bimbingan Nabi Sulaiman. Mereka membuat patung-patung yang
besar dan membuat bejana yang besar untuk tempat, makanan para tentara
dan pekerja, yaitu bejana seperti gunung karena saking beratnya dan
besarnya. Mereka juga membuat tempat-tempat minum yang besarnya seperti
kolam. Sulaiman mengawasi para pekerjanya dan juga mengurusi
masyarakatnya di mana beliau mengenali problem mereka dan berusaha
memecahkannya. Beliau juga mengawasi pasukannya dari kalangan binatang
dan burung. Beliau mengetahui apakah ada satu di antara mereka yang
tidak hadir dan di mana ia pergi serta mengapa ia pergi.
Nabi
Sulaiman bukan hanya mengetahui problem tentaranya dari kalangan
manusia dan tentaranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan
kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan
tidak suka untuk menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukan kepalanya
ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah SWT.
Pada suatu hari ia berjalan di depan tentaranya dan tiba-tiba ia
mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:
"Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari';, maka
dia tersenyum karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa:
'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan
bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang
saleh." (QS. an-Naml: 18-19)
Sulaiman
mendengarkan pembicaraan semut itu lalu beliau tersenyum karena
mendengar pembicaraannya. Apa yang dibayangkan oleh semut kecil itu?
Meskipun Sulaiman mendapatkan kekuasaan dan memiliki tentara yang besar,
namun beliau menunjukkan kasih sayang terhadap semut. Beliau mendengar
bisikannya dan melihat semut yang di depannya. Oleh karena itu, tak
mungkin baginya untuk menginjaknya. Sulaiman bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberinya nikmat ini, yaitu nikmat rahmat dan nikmat kasih
sayang. Di samping itu, Sulaiman orang yang paling kaya di dunia di mana
istananya terbuat dari kayu gahru yang memiliki bau yang harum dan
istananya terbuat dari emas dan terkadang dari kristal. Beliau juga
memiliki kursi besar yang dibuat dari emas dan permata. Istana Sulaiman
merupakan istana vang paling besar di dunia. Sulaiman menggunakan
pakaian dari emas dan permata. Meskipun demikian, Sulaiman tetap
menunjukkan sebagai hamba yang berserah diri dan rendah diri kepada
Aliah SWT dan kepada manusia. Nabi Sulaiman yang merendahkan dirinya di
hadapan Allah SWT dan ia selalu sujud pada Allah SWT sebagaimana ayahnya
yang selalu bertasbih kepada Allah SWT. Sulaiman selalu melantunkan
lagu-lagu cinta Ilahi dan hanya memuji Allah SWT.
Pada
suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya
untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu
pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia.
Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan
perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan
menvampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin
yang tampak bermalas-malasan saat bekerja. Lalu ia memeriksa binatang
dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan
tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya karena
penyediaan, makanan tidak layak, apakah di sana ada yang sakit, dan
sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman
memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki
tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya sehingga ia
mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)
Burung-burung
yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa
yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan
pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara
mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman
mulai menampakkan kemarahannya:
"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS. an-Naml: 20)
Tiba-tiba
seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman:
"Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku kemarin untuk
melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin misi itu namun
hud-hud belum datang. Oleh karena itu, aku tidak pergi bersamanya."
Burung itu tampak gemetar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahwa hud-hud
tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi
tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu
di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:
"Sungguh
aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau
benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku
dengan alasan yangjelas." (QS. an-Naml: 21)
Kawanan
burung mengetahui bahwa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan
untuk menyiksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru memaafkannya
dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat
menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahwa
ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang
besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman
marah—meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya—maka kemarahannya
karena membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya
dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gemetar ketakutan melihat
kemarahan Sulaiman, lalu beliau meng-ulurkan tangannya ke burung itu dan
memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan
rasa takutnya hilang.
Sulaiman
pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih
memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud menjadi bagian penting
dari badan intelejen. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau
apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah memperhatikan
dan mengetahui bahwa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga
fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang
bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud
memahami bahwa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan
antara waktu serius dan waktu bermain.
Akhirnya,
tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung.
Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke tempat
tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahwa engkau telah sampai, maka
jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada
waktu itu beliau sedang duduk sambil, makan. Hud-hud berdiri dan telah
menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau
bertanya kepadanya kemana dia pergi. Ini sebagai bukti bahwa ia
melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:
"Maka
tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah
mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu
dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini." (QS. an-Naml: 22)
Aku
adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau
ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba' dengan
membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu
hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:
"Sesungguhnya
aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku
mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan
telah menjadikan mereka memandang indah perhuatan-perbuatan mereka lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat
petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)
Hud-hud
diam sejenak dan Sulaiman merasa bahwa hud-hud menunjukkan kefasihan
lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan
perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:
"Agar
mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di
langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa
yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disemhah) kecuali
Dia, Tuhan yang mempunyai arsy yang besar." (QS. an-Naml: 25-26)
Jelas
sekali bahwa hud-hud mengulangi perkataan pemimpin kita Sulaiman,
sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar
beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil
menunjukkan senyuman manis di wajahnya:
"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)
Hud-hud
ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya
Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam
karena berpikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau
mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman
segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud-hud serta
memerintahkannya:
"Pergilah
dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian
berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang rnereka
bicarakan." (QS. an-Naml: 28)
Al-Qur'an
al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya
hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al-Qur'an langsung
menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat
tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya:
"Berkata
ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan
kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman
dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah
diri.'" (QS. an-Naml: 29-31)
Dalam
surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan
tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka
meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan
akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya
memerintahkan bahwa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung
kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya
memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba'
menyampaikan surat tersebut di tengah-tengah kaumnya:
"Berkata
dia (Balqis): 'Hai putra para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam
urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum
kamu berada dalam majelis(ku).'" (QS. an-Naml: 32)
Sementara
itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi
surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba' di mana mereka merasa
lebih kuat. Mereka mengetahui bahwa di sana ada orang yang mencoba
menantang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia
meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat-syaratnya sebelum terjadinya
peperangan dan kekalahan:
"Mereka
menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga)
memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada
di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan."
(QS. an-Naml: 33)
Para
pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan
peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik
daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berpikir lebih
jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha sebisa mungkin menghindari
peperangan. Ratu itu berpikir dalam tempo yang lama. Nama Sulaiman tidak
diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh karena itu,
ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan
yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan
mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di
sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya.
Barangkali ia mengira bahwa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan
ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi
surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap
ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia
mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu mengira bahwa
Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia telah mendengar
tentang kekayaan kerajaannya.
Para
utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar
mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui kondisi
kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung
dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah
mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu
keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam
dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahwa ia dapat
menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah
kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi
Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk
sementara ia menghilangkan ide berperang, karena para raja jika
menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang
paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar
kaumnya merasa puasa dengan pikirannya itu. Allah SWT berfirman:
"Dia
berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya
mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi
hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya
aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku
akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utttsan-utusan itu.'"
(QS. an-Naml: 34-35)
Kemudian
sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan intelejennya
memberitahunya bahwa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah.
Sulaiman langsung mengetahui bahwa ratu itu sengaja mengirim
orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi tentang
kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya
kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk
berkumpul.
Utusan
Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan
besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika
melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak
berarti. Emas yang mereka bawa tampak tidak berarti saat mereka memasuki
istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gahru yang
mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan
Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman
mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berpikir tentang
kekuatan dan kualitas pasukan Sulaiman. Betapa kagetnya mereka ketika
melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentara
dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahwa mereka
di hadapan pasukan yang tiada taranya.
Selesailah
demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan
maju ke tempat hidangan, makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika
melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan
di antara, makanan itu pun terdapat, makanan yang biasa di temukan di
negeri mereka, tetapi mereka melihat bahwa, makanan itu memiliki rasa
yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan
dijadikan tempat, makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh
laki-laki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan
hiasan itu. Di meja, makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai
macam daging yang mereka tidak mampu lagi membedakannya. Sulaiman tidak,
makan bersama mereka tetapi beliau, makan dengan menggunakan piring
yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur
dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya.
Sulaiman,
makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahwa kehadiran
Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah
jamuan, makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah
ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah
itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan
kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu
dan berkata:
"Maka
tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: 'Apakah
(patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah
kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi
kamu merasa bangga dengan hadiahmu.m (QS. an-Naml: 36)
Raja
Sulaiman menyingkap—dengan kata-katanya yang singkat itu—penolakannya
terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahwa ia tidak
menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. Yang
membuatnya puas hanya: "Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "
Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:
"Kembalillah
kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara
yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka
dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan mereka menjadi
(tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an-Naml: 37)
Sulaiman
meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam
mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau menunggu kunjungan
ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya,
sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana ratu.
Mereka memberitahu bahwa negeri mereka ada di ujung tanduk. Mereka
menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi
mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahwa ia harus
mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya
untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kursi kerajaan
di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para
komandan pasukan. Beliau berpikir tentang Balqis. Sulaiman mengetahui
bahwa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa takut. Sulaiman
berpikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah. Ia memikirkan
bagaimana informasi yang diterima badan intelijennya tentang kemajuan
kerajaan Balqis dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Sulaiman
bertanya kepada dirinya sendiri, apakah kemajuan menjadi penghalang
untuk mengetahui kebenaran, apakah ratu itu gembira dengan kekuatan yang
dicapainya dan ia membayangkan bahwa kekuatan adalah?
Dengan
kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu
mengetahui bahwa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu-satunya
yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia
dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari beserta
kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga beserta kemajuan
yang diraihnya.
Para
intelejen Sulaiman telah memberitahunya bahwa hal yang sangat disegani
dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', yaitu singgasana
ratu Balqis. Singgasana itu terbuat dari emas dan batu mulia; singgasana
tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka
tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh karena itu, sangat tepat bila
Sulaiman menghadirkan singgasanya di sini, di kerajaannya sehingga
ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat
kejutan kepadanya dan menunjukkan bahwa kemampuannya tersebut yang
berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu
dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam
diri Sulaiman, lalu ia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak
buahnya:
"Berkata
Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang
sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 38)
Perhatikanlah
ungkapan pikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar
tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang bagaimana beliau
dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah SWT. Yang pertama
menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang
Allah SWT telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:
"Berkata
Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya.'" (QS. an-Naml: 39)
Sulaiman
berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin
itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgasana Balqis sebelum itu.
Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis terletak di Yaman.
Jarak antara singgasa tersebut dan singgasana Sulaiman lebih dari
ribuan mil. Barangkali pesawat vang cepat sekali pun yang kita kenal
hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam
waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan
jin yang misterius.
Sulaiman
tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit
dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain yang mampu
menghadirkan singgasana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman
menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:
"Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: 'Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip.', maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: 'Ini termasuk
karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirihu sendiri dan harangsiapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS.
an-Naml: 40)
Belum
lama seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab menyatakan kalimatnya
sehingga singgasana itu bercokol di depan Sulaiman. Ia mampu
menghadirkan singgasana itu lebih cepat atau lebih sedikit dari kedipan
mata ketika mata itu tertutup dan terbuka. Al-Qur'an al-Karim tidak
menyingkap kepribadian seseorang yang menghadirkan singgasana itu.
Al-Qur'an hanya menggaris bawahi bahwa orang itu mempunyai ilmu dari
al-Kitab. Al-Qur'an tidak menjelaskan kepada kita, apakah ia seorang
malaikat atau manusia atau jin. Begitu juga Al-Qur'an al-Karim
sepertinya menyembunyikan kitab yang dimaksud di mana darinya orang
tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa ini. Al-Qur'an sengaja
tidak menyingkap hakikat kitab yang dimaksud.
Kita
sekarang berhadapan dengan mukjizat yang besar yang terjadi dan
dilakukan seseorang yang duduk di tempat Sulaiman. Yang jelas, Allah SWT
menunjukkan mukjizat-Nya, adapun rahasia di balik mukjizat ini, maka
tak seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Demikianlah,
konteks Al-Qur'an menyebutkan kisah tersebut untuk menjelaskan kemampuan
Nabi Sulaiman yang luar biasa, yaitu kemampuan yang menegaskan adanya
seseorang alim ini di majelisnya. Termasuk tindakan fudhul (sok mau
tahu) jika orang bertanya siapa yang memiliki ilmu dari al-Kitab ini:
apakah Jibril atau Ashif bin Barkhiya atau makhluk yang lain. Juga
termasuk fudhul jika kita bertanya tentang al-Kitab ini: apakah orang
yang mengetahui isinya menggunakan ismullah al-A 'dzham (nama Allah SWT
yang agung) untuk menghadirkan singgasana.
Semua
pembahasan seputar masalah ini dianggap fudhul. Betapa tidak,
Al-Qur'an sendiri tidak menerangkan hal itu sehingga rasa-rasanya kita
tidak perlu membahas terlalu jauh. Singgasa itu tampak di depan
Sulaiman. Perhatikanlah tindakan Nabi Sulaiman setelah adanya mukjizat
ini. Beliau tidak merasa kagum terhadap kemampuannya yang luar biasa;
beliau tidak tercengang dengan kekuatannya; beliau mengembalikan
keutamaan tersebut kepada Penguasa para penguasa (Allah SWT) dan
bersyukur kepada-Nya yang telah mengujinya dengan kekuasaan ini agar ia
dapat membuktikan apakah ia bersyukur atau mengingkari. Setelah Sulaiman
bersyukur kepada Penciptanya, ia mulai memperhatikan singgasana si
ratu. Singgasana tersebut merupakan simbol pembangunan dan kemajuan
tetapi tampaknya ia hanya sesuatu yang biasa dibandingkan dengan
kekuasaan dan kebesaran ciptaan yang dibikin oleh manusia dan jin di
kalangan istana Sulaiman. Sulaiman memikirkan dalam tempo yang lama
singgasana Balqis kemudian beliau memerintahkan agar singgasana itu
diperbaiki sehingga saat Balqis datang Sulaiman dapat mengujinya, apakah
Balqis dapat mengenali singgasananya atau tidak:
Dia
berkata: 'Ubahlah baginya singgasananya;, maka kita akan melihat apakah
dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'"
(QS. an-Naml: 41)
Sulaiman
memerintahkan agar dibangun istana yang akan digunakan untuk menyambut
Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia memerintahkan agar
dibangun suatu istana di mana sebagian besarnya terdiri dari air laut.
Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca yang tebal
dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan
membayangkan bahwa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang
dan ia melihat rumput-rumput laut yang bergerak.
Akhirnya,
selesailah pembangunan istana itu, dan saking bersihnya kaca yang
terbuat darinya tanah kamarnya sehingga tampak di sana tidak ada kaca.
Hud-hud memberitahu Sulaiman bahwa Balqis telah sampai di dekat
kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Qur'an tidak menyebutkan keadaan
Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Qur'an justru menunjukkan dua
sikap Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali
melihat singgasananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah
meninggalkan pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua
keadaannya di depan tanah istana yang penuh dengan permata yang
berenang di bawahnya ikan-ikan:
"Dan
ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah
singgasanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang
yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)
Ayat
tersebut menggambarkan kondisi dialog antara Sulaiman dan Balqis.
Balqis melihat singgasananya dan ia tercengang saat mengetahui bahwa itu
adalah singgasananya, namun ia kemudian mulai ragu karena melihat tidak
sepenuhnya itu singgasananya. Jika itu benar-benar singgasananya, lalu
bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan singgasananya, maka
bagaimana Sulaiman dapat meniru sepersis dan seteliti ini. Sulaiman
berkata saat melihat Balqis mengamati singgasananya: "Apakah ini
singgasanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat Balqis menjawab:
"Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami telah diberi ilmu sebelumnya
dan kami sebagai orang-orang Muslim."
Melalui
pernyataannya itu, Sulaiman ingin mengisyaratkan kepada Balqis agar ia
membandingkan antara keyakinannya berserta ilmu yang dicapainya dan
keyakinan Sulaiman yang Muslim beserta pengetahuan yang diraihnya.
Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai oleh
Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan
keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu karena
keislamannya. Karena itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis
dalam ilmu-ilmu yang lain.
Demikianlah
yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman kepada Balqis. Ratu Saba' itu
mengetahui bahwa ini adalah singgasananya di mana singgasana itu datang
lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bagian dirinya telah diubah.
Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia berpikir:
kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang
melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan
Sulaiman dan hubungannya dengan Allah SWT. Sebagaimana Balqis tercengang
ketika melihat kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka
ia lebih kagum lagi saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman
Sulaiman dan ilmunya serta kemajuannya:
"Dan
apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk
melahirkan keislamannya) karena sesungguhnya dia terdahulu termasuk
orang-orangyang kafir." (QS. an-Naml: 43)
Bergoncanglah
dalam benak Balqis ribuan hal. Ia melihat keyakinan kaumnya runtuh di
hadapan Sulaiman; ia menyadari matahari yang disembahnya merupakan
ciptaan Allah SWT di mana Dia menggerakannya untuk hamba-hamba-Nya. Lalu
terbitlah matahari kebenaran pada dirinya. Hatinya diterangi oleh
cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya matahari.
Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat
untuk mengumumkan keislamannya. Allah SWT berfirman:
"Dikatakan
kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.', maka tatkala dia melihat lantai
istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin yang
terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama
Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)
Dikatakan
kepada Balqis masuklah ke dalam istana. Ketika ia masuk, maka ia tidak
menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air sehingga ia mengira akan
bersinggungan dengan air laut lalu ia menyingkap sedikir bajunya agar
bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya—tanpa melihat—agar ia
tidak khawatir terhadap pakaiannya karena pakaiannya tidak akan basah,
sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang saking
halusnya hingga ia tidak tampak. Pada kesempatan itulah Balqis
mengumumkan keislamannya. Ia mengakui kelaliman dirinya dan ia
menyatakan penyerahan diri kepada Sulaiman dan kepada Allah SWT Tuhan
alam semesta. Lalu kaumnya pun mengikutinya dan mereka memeluk Islam.
Balqis menyadari ia berhadapan dengan penguasa yang terbesar di bumi dan
salah satu Nabi Allah SWT yang mulia. Untuk pertama kalinya wajah
Sulaiman tampak dihiasi dengan senyuman vang menunjukkan kepuasannya
sejak Balqis mengujunginya. Demikianlah, Sulaiman mewujudkan kejayaannya
yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.
Al-Qur'an
tidak menyebutkan kisah Balqis setelah keislamannva. Para ahli tafsir
mengatakan bahwa ia menikah dengan Sulaiman. Selain itu, ada yang
mengatakan bahwa ia menikah dengan salah satu orang dekat Sulaiman. Ada
juga yang mengatakan bahwa sebagian raja Habasyah adalah keturunan dari
buah perkawinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu karena
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh
karena itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak
diketahui oleh seseorang pun.
Sulaiman
hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian
Allah SWT menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman
berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang
luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT vang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahwa kematiannya sesuai
dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaanya. Allah SWT berfirman
tentang kematian Sulaiman:
"Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahwa kalau
sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap
dalam siksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)
Kemampuan
Nabi Sulaiman untuk menundukkan jin dan mempekerjakan mereka serta
hubungan mereka dengannya, semua ini menimbulkan fitnah di tengah-tengah
manusia dalam hal tertentu, dan kematian Sulaiman merupakan batasan
(jawaban) terhadap fitnah ini. Kami tidak mengetahui siapa yang
mengklaim bahwa jin mengetahui hal yang gaib, apakah itu setan yang
terkutuk atau jin yang bodoh atau manusia yang tertipu. Kami tidak
mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap tersebarnya isu yang
keliru ini. Yang kita ketahui adalah, bahwa hal tersebut tersebar dan
mem-pengaruhi sebagian manusia dan jin. Barangkali manusia berkata
kepada diri mereka: Selama jin melakukan perbuatan yang luar biasa ini,
maka apa gerangan yang menjadikan mereka tidak mengetahui hal yang gaib
itu.
Manusia itu lupa
bahwa kunci kegaiban berada di tangan Allah SWT. Masalah ilmu gaib tidak
akan mampu dikuasai oleh jin, manusia, para nabi, dan semua makhluk.
Hanya Dia yang mengetahuinya. Allah SWT telah merencanakan bahwa
kematian Sulaiman pun bertujuan untuk menghancurkan pemikiran ini, yaitu
pemikiran bahwa jin mengetahui hal yang gaib. Jin bekerja untuk Nabi
Sulaiman selama beliau hidup, dan tatkala beliau meninggal, maka tugas
mereka menjadi bebas. Nabi Sulaiman meninggal tanpa diketahui oleh jin
sehingga mereka tetap bekerja untuknya. Mereka tetap mengabdi kepada
Sulaiman. Seandainya mereka mengetahui hal yang gaib niscaya mereka
tidak meneruskan pekerjaan mereka.
Pada
suatu hari Sulaiman memasuki mihrabnya untuk i'tikaf, ibadah, dan
salat. Tak seorang pun berani mengganggu khalwatnya di mihrabnya. Mihrab
Sulaiman terletak di puncak gunung dan dindingnya terbuat dari permata.
Pada suatu hari Sulaiman duduk bersandar pada tongkatnya dan ia tampak
tenggelam dalam tafakur. Beliau berzikir kepada Allah SWT hingga rasa
kantuk menguasainya lalu setelah itu malaikat maut menemuinya di
mihrabnya. Sulaiman pun meninggal. Beliau bersandar kepada tongkatnya.
Jin melihatnya dan mengira bahwa beliau sedang salat sehingga mereka pun
terus melanjutkan pekerjaannya.
Berlalulah
hari-hari yang panjang. Kemudian datanglah rayap, yaitu semut kecil
yang memakan kayu. Hewan itu pun mulai memakan tongkat Sulaiman.
Rayap-rayap itu tampak lapar. Sebagian dari tongkat Sulaiman dimakan
beberapa hari oleh rayap-rayap itu. Ketika yang dimakannya semakin
bertambah, maka tongkat itu pun menjadi rusak dan jatuh dari tangan
Sulaiman. Tubuh mulia itu kehilangan keseimbangan dan terhempas di bumi.
Tatkala tubuh suci itu tersungkur, maka manusia segera menuju ke sana.
Mereka menyadari dan mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal
dalam waktu yang lama. Jin menyadari bahwa mereka tidak mengetahui hal
yang gaib dan manusia pun mengetahui hakikat ini. Seandainya jin
mengatahui hal yang gaib, niscaya ia tidak akan meneruskan siksa yang
hina, mereka tidak akan bekerja.
Demikianlah
Nabi Sulaiman meninggal dalam keadaan duduk dan salat di mihrabnya.
Lalu berita itu tersebar bagaikan api di bumi. Manusia, burung, dan
binatang buas mengantarkan jenazah Nabi Sulaiman. Sekawanan burung
tampak sedih dan menangis. Semua makhluk bersedih. Akhirnya, tak seorang
pun mengetahui bahasa burung di bumi. Meninggallah seseorang yang
memahami pembicaraan burung. Burung-burung itu berkata: "Betapa beratnva
kehidupan di tengah-tengah orang yang tidak mengetahui pembicaraan
kita."
Tempat Ibadah Sulaiman
Tempat
ibadah Sulaiman atau Haikal Sulaiman terletak di Ursyilim (Yarusalem).
Ia adalah sentral ibadah kaum Yahudi dan simbol sejarah kaum Yahudi
serta sebagai kebanggaan mereka. Raja Sulaiman telah membangunnya dan
mengeluarkan harta yang tidak sedikit untuk mendirikannya. Bahkan ia
memerlukan seratus delapan puluh ribu pekerja. Sulaiman telah
mendatangkan emas dari Thirsis dan kayu dari Lebanon dan batu mulia dari
Yaman. Setelah tujuh tahun dari pembangunan yang terus-menerus, Haikal
Sulaiman menjadi sempurna. Saat itu ia menjadi kekaguman dan simbol
kejayaan di dunia.
Berulang
kali ada usaha untuk menghancurkan bangunan tersebut. Orang-orang yang
tamak dan para penyerang bertujuan untuk merampas harta benda yang
bernilai yang terdapat dalam Haikal Sulaiman. Mereka merusak sebagian
darinya lalu salah seorang raja berusaha memperbaikinya karena saking
cintanya kepada orang-orang Yahudi. Pada kali ini pembangunan tempat
beribadah itu membutuhkan waktu empat puluh enam tahun sehingga ia pun
menjadi suatu bangunan yang besar yang menakjubkan yang dikelilingi oleh
tiga pagar besar. Ia terdiri dari dua halaman besar: yaitu halaman luar
dan halaman dalam. Halaman dalam dibangun di atas tiang-tiang ganda
yang terbuat dari marmar. Sedangkan halaman luar dari tempat ibadah itu
meliputi gerbang-gerbang besar yang ditutup oleh emas dan sepuluh pintu
gerbang dilapisi dengan tembaga Kurnusus. Para raja terus memberikan
hadiah untuk pembangunan dan penyempurnaan tempat ibadah itu sampai
akhir zamannya, sehingga tempat peribadatan itu memuat perbendaharaan
harta yang tidak ternilai.
Tujuan
utama dari pembangunan Haikal Sulaiman adalah untuk menyembah kepada
Allah SWT di dalamnya. Tempat ibadah itu merupakan mesjid bagi
orang-orang yang bertauhid dan orang-orang mukmin. Tentu keindahan dan
kebesarannya tidak dimaksudkan memalingkan manusia dari menyembah selain
Allah SWT. Dan barangkali kebesaran bangunan itu merupakan simbol
kekuatan negara dan kekuatan akidahnya. Namun sesuai dengan perjalanan
waktu, mulailah terjadi perubahan dan penyimpangan. Seharusnya ibadah
hanya ditujukan kepada Allah SWT, tiba-tiba kaum berpaling dan malah
mengagumi kulit dan meninggalkan hakikat.
Akhirnya,
nasib tempat ibadah itu sama dengan nasib yang dialami tempat-tempat
ibadah lainnya. Haikal Sulaiman adalah simbol tauhid dan penyembahan
kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian berlalulah tahun
demi tahun sehingga berubahlah haikal itu menjadi lempengan emas yang
mengkilat yang menyembunyikan di bawahnya kepentingan agama Yahudi.
"Orang-orang
Yahudi menodai kesucian tempat ibadah itu dan mereka melecehkan
keindahannya di mana mereka menjadikannya sebagai pasar, tempat
jual-beli. Kemudian tempat itu disesaki oleh para penjual sapi, kambing,
dan merpati hingga tempat itu menjadi kotor dan berubah menjadi kandang
binatang. Di tempat itu terjadi kegaduhan dan kebisingan di mana
orang-orang melakukan transaksi jual-beli dan menukar uang di situ."
(Injil Matta)
Ketika
tempat ibadah itu kehilangan hakikatnya dan menjadi pasar tempat
berdagang, Allah SWT mengutus orang-orang yang menghancurkan tempat itu.
Allah SWT berfirman:
"Dan
telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: 'Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu
akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila
datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu,
Kami datangkan kepadamu hamba-hamha Kami yang mempunyai kekuatan yang
besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan
yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuh
mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan
anak-anak dan Kami jadikan kamu sekelompok yang lebih besar. Jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri danjika
kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke
dalam masjid, sebagairnana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama
dan membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu; dan kiranya
kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan
Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak
beriman." (QS. al-Isra': 4-8)
Ayat-ayat
tersebut menunjukkan tentang hukum azali yang tidak pernah berubah pada
kehidupan bangsa dan umat di mana umat itu akan tampak kuat selama
mereka berpegangan dengan tali Allah SWT dan ketika mereka meninggalkan
hakikat kekuatan. vaitu kekuatan yang bersandar kepada Allah SWT dan
mereka memilih menyembah selain-Nya dan menjadikan dunia sebagai tujuan
hidup mereka, maka ketika ini terjadi, Allah SWT akan mengutus kepada
mereka orang-orang yang menghancurkan mereka.
Para
mufasir menyebutkan bagaimana terjadinya peristiwa penghancuran Haikal
Sulaiman dan penghancuran Baitul Magdis. Mereka mengatakan: "Allah SWT
mewahyukan kepada salah seorang nabi dari kalangan Bani Israil yang
bernama Armiya ketika muncul berbagai kemaksiatan di tengah-tengah
mereka, hendaklah engkau menyampaikan kepada kaummu dan beritahukan
kepada mereka bahwa mereka memiliki hati tetapi mereka tidak mengerti;
mereka memiliki mata tetapi mereka tidak melihat; dan mereka memiliki
telinga tetapi mereka tidak mendengar.
Kemudian
nabi itu menerima wahyu dan ia diperintahkan untuk bertanya kepada Bani
Israil, apakah salah seorang mereka merasa gembira ketika bermaksiat
kepada Allah SWT, dan apakah seseorang merasa sedih dan gelisah ketika
taat kepada Allah SWT. Hewan biasanya ingat kepada tempat asalnya dan
kembali kepadanya, sedangkan kaum itu justru meninggalkan
asal-muasal mereka yang hakiki, yaitu hakikat tauhid. Jadi, sebenarnya
mereka lebih jahat dari binatang."
Demikianlah
kalimat-kalimat Ilahi disampaikan di tengah-tengah para pendeta dan
para penguasa, namun para pendeta justru membuat tuhan lain selain Allah
SWT dan mereka menggiring manusia untuk menyembah sesama manusia.
Adapun para penguasa, mereka membangkang pada nikmat Allah SWT dan
merasa tenang dengan azab Allah SWT yang dahsyat. Mereka tertipu dengan
dunia. Mereka mencampakkan Kitab Allah SWT dan melupakan janji-Nya.
Mereka mengubah-ubah Kitab Allah SWT (Taurat). Mereka menciptakan
kebohongan kepada para rasul-Nya dan membunuh mereka tanpa alasan yang
benar.
Sedangkan para
fuqaha dan orang-orang cerdik, mereka mempelajari sesuatu sesuai dengan
kepentingan mereka. Mereka mengambil sebagian Kitab dan meninggalkan
sebagiannya. Mereka mendukung para penguasa yang lalim yang membuat
penyelewengan dalam agama. Mereka justru menaati penguasa itu meskipun
benar-benar bermaksiat kepada Allah SWT. Mereka membatalkan perjanjian
dengan Allah SWT.
Sementara
itu, anak-anak nabi, maka mereka menjadi orang-orang yang kalah. mereka
berharap agar Allah SWT menolong mereka seperti ayah-ayah mereka
ditolong. Mereka tidak ingat bagaimana sikap wara' ayah-ayah mereka dan
bagaimana mereka mencurahkan usaha mereka, bahkan darah mereka tertumpah
tetapi mereka sabar dan mereka tetap percaya kepada janji Allah SWT,
sehingga Dia memuliakan agamanya dan memenangkan mereka.
Demikianlah
Armiya terus menyiarkan berita tentang kebenaran dan mengingatkan
kaumnya dan memberi mereka kesempatan terakhir untuk bangkit dan kembali
pada agama tauhid. Kalau tidak, Allah SWT akan mengutus kepada mereka
seorang penguasa yang bengis di mana pasukannya bagaikan sekawanan awan
yang akan menghancurkan bangunan-bangunan yang mereka bangun dan akan
meninggalkan desa yang mereka huni dalam keadaan yang mengerikan. Ibnu
Katsir berkata dengan menukil apa yang dinyatakan oleh Ibnu Asakir:
"Duhai
Ilya dan penghuninya, bagaimana mereka dihinakan dengan pembunuhan dan
mereka menjadi tawanan-tawanan yang hina, tempat-tempat istana mereka
yang mengagumkan menjadi tempat-tempat tinggalnya hewan-hewan buas. Aku
akan menghancurkan mereka dengan berbagai azab. Jika langit menurunkan
hujan di atas bumi, maka bumi tidak akan tumbuh. Bila tumbuh suatu
tumbuhan di bumi, maka itu adalah sebagai rahmat-Ku terhadap
binatang-binatang. Jika mereka menanam sesuatu, maka tanaman mereka akan
dikuasai oleh hama dan jika ada tumbuhan yang selamat darinya, maka Aku
akan cabut darinya keberkahan, dan jika mereka berdoa Aku tidak akan
mengabulkan dan jika mereka meminta, maka Aku tidak akan memberi dan
jika mereka menangis, makaaku tidak akan menyayangi, dan jika mereka
berusaha bersikap rendah diri, maka Aku akan memalingkan wajah-Ku dari
mereka."
Ilya
menyampaikan kepada kaumnya tentang azab Allah SWT yang akan meliputi
segala sesuatu, namun orang-orang Yahudi menyambut dakwahnya dengan
kebohongan dan kemaksiatan dan mereka menuduhnya dengan kebohongan.
Mereka
berkata kepadanya, "Bagaimana engkau berbohong dan mengaku bahwa Allah
SWT akan menghancurkan bumi-Nya dan mesjid-mesjid-Nya lalu siapa yang
akan menyembah-Nya jika tidak ada seorang pun di muka bumi yang
menyembah-Nya, juga tidak ada mesjid dan tidak ada Kitab. Sungguh engaku
telah gila wahai Ilya." Akhirnya pertentangan antara Ilya dan kaumnya
berakhir pada pemenjarannya. Pada saat yang sama, datanglah pasukan
Bakhtansir menuju mereka. Orang-orang Yahudi terkejut ketika mendengar
suara derap kaki kuda dan suara panah-panah yang melayang dan bau
kebakaran. Pasukan itu memasuki desa-desa dan kota-kota. Mereka
mengelilingi segenap penjuru kota dan desa. Pemimpin pasukan itu
menyerbu orang-orang Yahudi dan menghancurkan mereka: sepertiga dibunuh,
sepertiga ditawan, sementara wanita-wanita tua dan lelaki-lelaki tua
dibiarkan hidup.
Baitul
Maqdis dihancurkan dan tempat ibadah itu pun hancur. Orang-orang
laki-laki dibunuh dan benteng-benteng kokoh pun dibakar, bahkan
ulama-ulamanya dan fuqaha-fuqahanya dibunuh dan tak seorang pun hidup di
antara mereka. Rumah-rumah orang-orang Yahudi tidak lagi dihuni kecuali
oleh burung hantu dan binatang buas. Lalu sebagian orang-orang Yahudi
dari Bani Israil meninggalkan tempat itu dan tempat itu pun menjadi
tempat yang tandus untuk waktu yang lama sehingga Allah SWT mengizinkan
kepada sebagian cucu dari kaum itu untuk kembali dan mereka pun kembali.
Selama terjadi peristiwa yang berdarah tersebut, Uzair tidur dan dialah satu-satunya yang menjaga Taurat.
Langganan:
Postingan (Atom)