Senin, 12 Maret 2012
abu nawas:membalas perbuatan raja
Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan
istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titan langsung
Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah.
Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas
terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah
mereka terus menggali ternyata emas dan
permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf
koepada Abu Nawas. Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu
Nawas memendam dendam. Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga
ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan
oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun
tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas
melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi.
la tiba-tiba tertawa riang. “Tolong ambilkan kain penutup untuk
makananku dan sebatang besi.” Abu Nawas berkata kepada istrinya. “Untuk
apa?” tanya istrinya heran. “Membalas Baginda Raja.” kata Abu Nawas
singkat. Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana.
Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, “Ampun
Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan
tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin
dari hamba dan berani memakan makanan hamba.” “Siapakah tamu-tamu yang
tidak diundang itu wahai Abu Nawas?” sergap Baginda kasar.
“Lalat-lalat ini, Tuanku.” kata Abu Nawas sambil membuka penutup
piringnya. “Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan
hamba, hamba me- ngadukan perlakuan yang tidak adil ini.” “Lalu
keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?” “Hamba hanya
menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan
leluasa menghukum lalat-lalat itu.” Baginda Raja tidak bisa mengelakkan
diri menotak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri
sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat
ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di
manapun mereka hinggap. Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai
mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di
sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari
rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang
hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga
hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias
sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat
besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang
kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja. Baginda Raja tidak bisa
berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan
terhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas
mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan
hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia sadar betapa
kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang nampak
lucu dan sering m enyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi
garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang
mengusiknya. Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti
sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari
istana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar