Minggu, 11 Maret 2012

perang saudara

  • Sebelum tanggal 19 Januari, 1999, Ambon lebih dikenal sebagai pulau  penghasil rempah-rempah. Pada tanggal 19 Januari, 1999, Ambon dan  pulau-pulau di sekitarnya dilanda oleh perang saudara yang berkecamuk  dengan dahsyat. Walaupun Ambon di kenal sebagai daerah orang Kristen  di Indonesia, warga Islam di Ambon telah menikmati hidup rukun dan  harmonis bersama warga Kristen. Kehidupan yang rukun dan harmonis ini  ternyata berakhir dengan kehancuran yang tak dapat di kembalikan lagi   seperti semula pada tanggal 19 Januari, 19999. Warga Ambon menolak  kejadian ini sebagai suatu kerusuhan , mereka berkeras menyatakannya  sebagai sebuah perang saudara.
    Perang ini di mulai dari sebuah kejadian yang sepele. Kejadian kecil  yang bersifat lokal ini dimulai ketika seorang supir taxi bertengkar /  berantem dengan seorang warga Islam Ambon. Berbagai sumber berita  dengan kuat mengindikasikan bahwa kesempatan ini digunakan oleh para  provokator untuk memulai pengrusakan besar-besaran di Ambon dan bahkan  sampai ke pulau-pulau di sekitarnya. Pola yang demikian kelihatannya  muncul berulang-kali dari kasus ke kasus , di mana kejadian lokal yang  sepele menjadi sesuatu yang besar dan tak terkendali yang menghancurkan   semua komunitas yang ada. Kita bisa melihat pola ini di Ketapang,  Kupang, kasus Poso (di mana kasus Poso ini tidak pernah di liputi oleh  media, dan kejadian sekitar hari natal tahun 1998 di Sulawesi Tengah  yang menghantam kota Poso, Palu dan Palopo itu sangat parah juga).  Bahkan berbagai sumber berita mengisyaratkan bahwa para provokator itu  di gerakkan oleh Suharto dan antek-anteknya.
    Kasus Ambon ini adalah yang paling parah, daftar pertama para korban  dilampirkan di tabel 1. Sejak saat itu masyarakat Ambon hidup dalam  ketakutan dan banyak kejadian-kejadian kecil dimana-mana. Belum sampai  tanggal 14 Februari, 1999, muncul lagi kejadian serius lainnya. Warga  Kristen di Kariu di pulau Haruku di serang oleh penduduk Pelauw,  Kailolo dan Ori. Sebagian besar penduduk dari tiga tempat tersebut   adalah warga Islam. Menurut para saksi mata dan penelitian yang  dilakukan oleh Tim Pencari Fakta Salawaku, kejadian tanggal 14 Februari  ini lebih parah lagi di sebabkan oleh beberap hal:
  • Tepat sebelum di serang, pos komando aparat keamanan, yang  berfungsi untuk menjaga keamanan di perbatasan Pelauw dan Kariu, di  pindahkan tempat lain.
  • Komando pos militer Yon 733, bapak Safar Latuamuri yang juga  berasal dari Pelauw bersama-sama dengan beberapa aparat dan penduduk  desa tersebut dan menyerang penduduk di Kairu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar