Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata
dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman". [QS 7:85] Dan
janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan
agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya
kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.[QS 7:86]
Nabi
Syuaib AS termasuk 4 orang nabi yang berbangsa Arab (yaitu Nabi Hud
AS, Nabi Saleh AS, Nabi Syuaib AS dan Nabi Muhammad SAW). Beliau adalah
cicit Nabi Ibrahim AS, diutus Allah untuk meluruskan akidah dan
memperbaiki ahlak kaumnya, yaitu penduduk Madyan. Ada empat misi utama
Nabi Syuaib AS yang disebut ayat 85 dan 86, yaitu 1) mengajak kepada
tauhid, 2) menganjurkan berbuat adil, 3) mengingatkan agar tidak berbuat
kerusakan di muka bumi, 4) mengingatkan agar tidak membuat teror dan
menghalang-halangi jalan kebenaran.
Penduduk
Madyan adalah penduduk yang telah tersesat jauh, mereka tidak lagi
mengenal tauhid. Mereka menyembah berhala, bahkan ada yang menyembah
pohon yang dikeramatkan (disebut Ashabul Aikah). Nabi Syuaib AS terkenal
berasal dari keturunan yang mulia dan dihormati, beliau juga terkenal
sebagai orator ulung dan memukau kalau berbicara (khotibul anbiya).
Allah SWT mengutus beliau untuk meluruskan akidah penduduk Madyan yang
telah jauh tersesat itu.
Disamping
itu peduduk Madyan ini memiliki sifat-sifat buruk yang lain yang sangat
menghawatirkan. Diantara sifat buruk yang sangat parah adalah
kecurangan dalam segala hal. Masyarakat Madyan adalah masyarakat yang
telah sakit parah yang mengutamakan kecurangan, ketidakadilan dalam
berbagai hal, pencurian, perampokan dan kebejatan moral. Dengan
sifat-sifat yang buruk ini mereka suka berbuat onar dan kerusakan. Letak
geografis Madyan yang strategis (jalur perdagangan) mereka manfaatkan
untuk merampok dan menakut-nakuti para kabilah dagang yang melewati
wilayah mereka.
Secara
eksplisit ayat 86 menyatakan bahwa kebiasaan penduduk Madyan yang suka
menakut-nakuti dan mengganggu perjalanan (penyamun padang pasir). Pada
saat yang sama mereka juga menjadi penghalang utama bagi orang-orang
yang ingin kembali kepada jalan yang benar, yakni menghalang-halangi
mereka yang ingin mengikuti dakwah Nabi Syuaib AS.
Dalam
berdakwah Nabi Syuaib AS juga mengingatkan untuk bersyukur kepada
Allah. Bahwa penduduk Madyan ini sebelumnya jumlahnya sedikit yang
tentunya tidak memiliki kekuatan. Allah telah memberikan karuniaNya
dengan pertambahan penduduk yang cepat sehingga jumlah mereka menjadi
banyak dan kuat. Jarak wilayah Madyan tidaklah jauh dari kota Sodom
yang dihancurkan Allah ataupun dengan wilayah kaum Nabi Saleh AS (kaum
Tsamud) yang juga dihancurkan. Seharusnya mereka belajar dari
pengalaman-pengalaman dan kehancuran kaum-kaum sebelumnya yang jaraknya
berdekatan dengan mereka (baik ruang maupun waktu). Namun, manusia
memang cepat lupa dan mudah menjadi pembangkang dan senang berada di
wilayah kesesatan. Peringatan akan kehancuran dan ajakan kepada
kebenaran tidak digubris atau bahkan ditentang keras. Akibatnya,
penduduk Madyan mengikuti jejak pendahulunya yaitu kaum Tsamud dan
penduduk Sodom, dihancurkan Allah SWT sampai ke akar-akarnya.
Jika
ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk
menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka
bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia
adalah Hakim yang sebaik-baiknya.[QS 7:87]
Ayat
87 adalah prinsip orang beriman hidup berdampingan dengan orang kafir
yang selalu mengancam dan mengganggu orang beriman. Bagi orang beriman,
khususnya kalau mereka lemah (minoritas dan tidak memiliki kekuatan baik
politik ataupun ekonomi) maka sikap yang harus ditumbuhkan adalah
sabar. Orang beriman harus lebih sabar menghadapi konflik dengan orang
kafir yang lebih kuat dan mereka tidak boleh melawan. Sikap sabar dan
tidak melawan ini juga diterapkan oleh Rasulullah SAW dan pengikut
beliau selama 13 tahun dakwah di Mekkah.
Pemuka-pemuka
dari kaum Syuaib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami
akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu
dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib:
"Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak
menyukainya?"[QS 7:88] Sungguh
kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami
kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan
tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami
menghendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu.
Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan
antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi
keputusan yang sebaik-baiknya.[QS 7:89]
Sikap
suatu kaum kepada rasul yang diutus kepada mereka sama. Kalau kita
perhatikan mulai dari kisah Nabi Nuh AS sampai Nabi Lut AS (yang dimuat
di Zanjabil 399 minggu lalu), sampai kepada Rasulullah SAW, para pemuka
kaum yang selama ini bebas melakukan tindakan curang, pembodohan dan
kemudian eksploitasi untuk melanggengkan kekuasaan mereka menentang
keras para rasul dan ajarannya. Para pemuka kaum ini berusaha
melenyapkan rasul dan ajarannya dengan berbagai cara.
Untuk
kasus Nabi Syuaib AS, kaumnya berusaha mengusir beliau dari wilayah
Madyan. Tentu saja Nabi Syuaib AS menolak makar para pemuka kaumnya
untuk mengusir beliau dan pengikut-pengikut beliau. Karena Nabi Syuaib
berasal dari keluarga terkemuka ditambah dengan aturan sosial yang
melindungi Nabi Syuaib AS, maka makar pengusiran itu sukar untuk
diimplementasikan. Ajakan kompromi para pemuka itu, yakni kembali kepada
kesesatan tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Nabi Syuaib AS.
Akhirnya, para pemuka itu melakukan tekanan, ancaman dan berbagai teror
agar Nabi Syuaib AS dan pengikutnya tidak betah tinggal di Madyan,
menyerah dan keluar wilayah Madyan. Tekanan-tekanan itu sangat berat,
sehingga Nabi Syuaib AS mengadu kepada Allah agar mendatangkan suatu
keputusan untuk penduduk Madyan, karena Nabi Syuaib AS sudah tidak kuat
menghadapi teror dari kaumnya.
Pemuka-pemuka
kaum Syuaib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika
kamu mengikuti Syuaib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi)
orang-orang yang merugi".[QS 7:90]
Ayat
90 merekam pembicaraan pemuka kaum Nabi Syuaib AS. Para pemuka tersebut
berusaha mengancam penduduk Madyan untuk tidak mengikuti langkah Nabi
Syuaib AS, sebab kalau mereka mengikuti Nabi Syuaib AS mereka akan
mengalami nasib yang sama dengan Nabi Syuaib AS dan pengikutnya, yaitu
di teror dan akan segera dilenyapkan, menjadi golongan yang rugi. Yang
terjadi justru sebaliknya para pemuka penduduk Madyan dan penghuni
Madyan mengekor sikap pemuka mereka yang sesat akan lenyap dan pasti
merugi.
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,[QS 7:91] (yaitu)
orang-orang yang mendustakan Syuaib seolah-olah mereka belum pernah
berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah
orang-orang yang merugi.[QS 7:92]
Akhirnya
keputusan Allah itu datang. Nabi Syuaib AS diberitahu akan azab Allah.
Beliau dan pengikutnya menyelamatkan diri. Gempa dahsyat melanda Madyan
dan akibatnya seluruh pemuka dan penduduk Madyan yang sombong dan sesat
itu tewas. Inilah kesudahan orang-orang yang sombong dan membangkang
utusan Allah. Mereka membuat makar untuk mengusir atau bahkan
melenyapkan Nabi Syuaib AS dan pengikut-pengikutnya, tetapi makar Allah
sangat dahsyat, mereka dihabisi sebelum mereka sempat melaksanakan makar
jahat mereka.
Maka
Syuaib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya
aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanah Tuhanku dan aku telah
memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir?"[QS 7:93]
Setelah
kaum Madyan lenyap ditelan azab, Nabi Syuaib AS berucap kepada
kaumnya, mengingatkan mereka bahwa beliau telah menyampaikan amanat dan
memberi nasehat, tetapi mereka dustakan. Nah, rasakanlah akibatnya. Ucapan Nabi Syuaib AS tersebut membuktikan bahwa para mayat sesungguhnya dapat mendengarkan perkataan orang yang masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar